Jagung, Rekayasa Genetika, dan Teman Nonton yang Setia
- foodsmartcityina
- Mar 22, 2019
- 2 min read
Jagung adalah salah satu sumber karbohidrat yang penting di dunia, sama pentingnya dengan gandum dan padi. Bahkan, jagung menjadi sumber karbohidrat utama di Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Jika Anda selama ini berpikir bahwa jumlah padi paling banyak di antara sumber karbohidrat lain, Anda salah. Data di tahun 2010 mengungkapkan bahwa ketersediaan jagung mencapai angka 817 juta ton, jauh lebih banyak dibandingkan padi dan gandum yang masing-masing memiliki angka 678 dan 682 juta ton. Oleh karenanya, kita bisa menyimpulkan jagung adalah bahan pangan yang diunggulkan.
Selain menjadi bahan pangan unggulan untuk manusia, jagung juga bisa digunakan sebagai pakan ternak, pupuk hijau dan kompos, minyak goreng, tepung, bahan kertas, sampai biofuel atau bahan bakar nabati-ethanol. Di Indonesia, sayangnya, jagung bukan merupakan sumber karbohidrat pokok. Dulu, masyarakat Madura dan Nusa Tenggara Timur menjadikan jagung sebagai sumber karbohidrat sehari-hari, tetapi kini mereka beralih mengonsumsi nasi yang berasal dari padi. Beruntung jagung masih dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia untuk membuat tepung dan pakan ternak.
Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia tertarik untuk membuat jagung transgenik. Apa sih, yang dimaksud jagung transgenik? Jagung transgenik adalah jagung yang diolah dengan menggunakan rekayasa genetika, dimana jagung disisipkan gen dari makhluk lain untuk menambah sifat tertentu yang diinginkan oleh pengolah. Meskipun kedengarannya keren, ternyata bahan pangan transgenik dianggap berpotensi membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia oleh dunia internasional, lho! Jika ingin berhasil tanpa merugikan konsumen dan lingkungan, bahan pangan transgenik harus diuji coba secara mendalam di laboratorium oleh para ahli. Menarik sekali, bukan?
Di negara ini, jagung memang sudah kalah populer dari padi. Tetapi, ada satu hasil olahan jagung yang masih sangat digemari oleh masyarakat Indonesia hingga kini yaitu berondong jagung atau yang biasa kita kenal dengan sebutan popcorn. Saat menonton film di bioskop, pasti rasanya kurang lengkap tanpa adanya sekotak popcorn di tangan. Ternyata, popcorn sudah dijadikan “teman nonton” yang setia sejak tahun 1912.
Comments